Postingan

GEDONG SONGO TEMPLE

Gambar
Gedong S anga or Gedong Songo is located in Desa Candi, Bandungan Subdistrict, Semarang Regency or exactly at the slope of Mount Ungaran, at about 1.200 m above sea level. The closest route to the temple is Semarang - Bandungan. After Bandungan Traditional Market at the centre of Bandungan Town, take the route at the left side, about 350 m, and find a junction and then turn right, until end of the street. At the end of the street, we find Gedong Songo Tourism Place. Afterwards, we continue the journey by walking along the path to Gedong I, Gedong II, until Gedong VII. Sometimes the area of Mount Ungaran covered by mist. At the north, we could see panorama of Ungaran and at the south-west, we find the magnificent Mount Telomoyo, with so many hills and rice fields.  Gedong Songo Complex has a beautiful natural panorama at every side of it.  Gedong Songo was first found by Loten in 1740. Then in 1804 Sir Thomas Stanford Raffles, the governor of British Government in Java recorded dat

IJO TEMPLE - to Honour the Greatness of BHATARA SHIVA

Gambar
OM SWASTI ASTU Ijo Temple is a complex of Hindu Temples, 4 km south-east of Ratu Boko Temple, or about 18 km east of Yogyakarta City. It is located exactly at the top of Gumuk Ijo, the highest point in the Shiva Highlands in Prambanan area, about 375 - 410 metres above sea level. That's why this temple is called  Candi Ijo or Ijo Temple. The name "ijo" in Javanese Language means "green".  From this highest point, we could see fantastic natural panorama such as trees, grasses, rice-fields, and hills.  Farther away, we could see the beauty of Adisucipto Airport of Yogyakarta. Ijo Temple is situated at Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Prambanan Sub-Regency, Sleman Regency, Special Territory of Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta). Within 8.000 metres square area, the temple stand tightly, strong, and always ready to overcome everything. In the wide area of the temple, there are so many artefacts found by surrounding people, and also found by Balai Kepurba

SELOGRIYO TEMPLE

Gambar
Selogriyo Temple is an ancient Hindu temple in Windusari Hill, Magelang Regency, Central Java. The temple was bulit in the 9th century AD, during the time of the ancient Mataram Kingdom. Selogriyo Temple is located on the eastern slopes of the three hills : Giyanti, Condong, and Malang (elevation 740 above sea level). From the site of the temple we could see the panorama of rice fields, mountains and hills. The temple is situated in a quiet and far from traditional villages.  Administratively, it is located in Dusun Campurejo, Desa Kembang Kuning, Windusari Subdistrict, Magelang Regency. The closest route to the temple is Magelang-Bandongan route. When we arrive at Pasar Bandongan (Bandongan Traditional Market), turn to the right, and drive towards the Windusari Subdistrict. At the t-junction there is a direction plate to the temple. Visitors should pass through two miles and drive passing by tobacco-producing villages, climb a hill and then could reach the temple location, Dusun C

SAJIWAN TEMPLE

Gambar
Sajiwan or Sojiwan Temple is a Buddhist temple, located in Dukuh Kalongan, Kebondalem Kidul Subdistrict, Prambanan District, Klaten Regency.  The temple contains about 20 relief on his foot, relating to The Story Jataka Pancatantra from India.  From 20 reliefs, there are 19 reliefs now. The temple is located about 2 km south of Prambanan Temple. From the Tourism Gate of Prambanan Temple, acrossing  Solo - Yogyakarta Highway, then get to small street to the south, acrossing the railway line, and then at the first intersection, turn left (to the east). About 200 m from the intersection, there is a small temple, could be seen at the south side of the street. The reconstruction of Sajiwan Temple was begun in 2006, led by Mr. Waliman from  Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) of Central Java and Special Teritory of Yogyakarta   Restoration process of the temple is about 65% finished. The temple height is about 27,5 metres, but the restoration still reach about

CANDI PEROT

Gambar
            Keberadaan Candi Perot juga tak kalah pentingnya, karena di candi itu pada tahun 1819 M ditemukan sebuah prasasti yang menyebutkan angka tahun 772 Caka atau 15 Juni 850 M. Prasasti yang berada di Candi Perot disebut Prasasti Tulang Air, yang ditulis dalam huruf dan bahasa Jawa Kuno, prasasti tersebut berisi tentang penetapan tanah sima oleh Rakai Panantapan Pu Manuku untuk lokasi sebuah bangunan suci di Desa Tulang Air.              Rakai Patapan Pu Manuku adalah pejabat pemerintah kerajaan Mataram Kuno yang dibawah kekuasaan Rakai Pikatan. Tulang Air merupakan prasasti tertua yang memuat daftar para pejabat dibawah raja yang berkuasa saat itu yaitu Rakai Pikatan ( Februari 847 M hingga 7 Mei 855 M). Disebutkan pula bahwa Rakai Pikatan adalah salah seorang raja yang mendirikan Candi Prambanan dimana daerah sekitarnya masuk dalam wilayah kekuasaannya. Rakai Pikatan terdapat dalam daftar para raja versi Prasasti Mantyasih. Nama aslinya menurut Prasasti Argapura adalah Pu M

CANDI SAJIWAN (SOJIWAN)

Gambar
Candi Sojiwan atau Candi Sajiwan adalah sebuah  candi   Buddhis   yang terletak di   Dukuh Kalongan, Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.   Sebuah candi yang memuat sekitar 20  relief  pada kaki candi-nya,  yang berhubungan dengan cerita-cerita  Pancatantra  atau   Jataka  dari  India . Dari 20 relief ini, tinggal 19 relief yang sekarang masih ada. Candi ini terletak kurang lebih dua kilometer ke arah selatan dari  Candi Prambanan , dari gerbang Taman Wisata Candi Prambanan meyeberang jalan raya Solo – Yogyakarta masuk ke jalan kecil menuju ke arah selatan, menyeberang rel kereta api, lalu pada perempatan pertama berbelok ke kiri (timur) sejauh beberapa ratus meter hingga candi terlihat di sisi selatan. Proses pemugaran Candi Sojiwan dimulai pada tahun 2006, dipimpin oleh Bpk. Waliman dari   Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.    Proses pemugaran Candi Sojiwan sudah mencapai sekitar 65%. Dalam perencanaan,   tinggi Candi

DINASTI SYAILENDRA

Gambar
Ratu Shima Pendiri kerajaan yang bernama Mataram Kuno beraliran agama Buddha secara Dinasti Syailendra adalah Bhanu. Namun, sesungguhnya, nama “Syailendra” sendiri sudah ada sejak masa raja Dapunta Selendra, suami dari Ratu Shima (raja putri Kalingga Jati). Dapunta Selendra lebih terkenal dengan nama Prabu Kartikeyasingha. Menurut catatan sejarah, Prabu Kartikeyasinga menjadi raja Kalingga pada tahun 648 - 674 M. Ayahanda Kartikeyasinga adalah Raja Kalingga yang tidak diketahui namanya, memerintah pada tahun 632 - 648 M. Sementara itu ibunda Kartikeyasinga berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja yang beribukota di Palembang. Raja Melayu Sribuja, yang dikalahkan Sriwijaya pada tahun 683 M, adalah kakak kandung ibunda Prabu Kartikeyasinga. Ratu Sima, pemeluk Hindu Syiwa, semula adalah wanita di belakang layar sewaktu suaminya, Kartikeyasinga, menjadi Raja Kalingga sejak tahun 648. Ratu Sima dengan Kartikeyasinga mempunyai dua orang anak, yaitu Parwati dan Narayana (Iswara).