Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

CANDI BANON

Gambar
        Candi Banon pertama kali ditemukan oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC) pada tahun 1935. Disebut "Banon" karena tidak terbuat dari Andesit, melainkan batu bata kuno. Arca-arca yang terdapat di wilayah candi ini seluruhnya telah diamankan di Museum Nasional Jakarta. Tiga di antaranya adalah Arca Ganesya, Arca Agastya (Syiwa Mahaguru), dan Arca Wisnu. Lokasi candi ini diperkirakan di sebelah utara atau sekitar 700 m dari Candi Pawon dan berada di tepi Sungai Elo. Di wilayah sekitar Candi Borobudur ditemukan banyak sekali situs purbakala peninggalan Hindhu yang sudah hilang, beberapa hanya menyisakan artefak saja. Sebagian besar situs tersebut terbuat dari batu bata yang dalam bahasa jawa disebut "banon". Karena bukan terbuat dari batu andesit maka situs ini banyak yang sudah “musnah”.  Lokasi Candi Banon adalah  Desa Jligudan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.          Di beberapa sudut wilayah Kabupaten Magelang terdapat peningga

CANDI GEDONG SONGO

Gambar
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C). Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Selain itu, obyek wisata ini juga dilengkapi dengan pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang, area perkemahan, dan wisata berkuda. Candi Gedong Songo merupakan warisan Cagar Budayayang berada di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di Dus

PRASASTI PLUMPUNGAN

Gambar
Prasasti Plumpungan (juga disebut Prasasti Hampran) adalah prasasti yang tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm, lebar 160 cm dengan garis lingkar 5 meter. Prasasti ini ditemukan di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, berangka tahun 750 Ma sehi. Prasasti ini dipercaya sebagai asal mula kota Salatiga. Terdapat beberapa sumber sejarah mengenai asal-asul Salatiga, baik yang berasal dari cerita rakyat atau prasasti, maupun hasil penelitian yang membahas secara rinci sejarah kontemporer. Situs resmi pemerintah kota Salatiga memberi banyak informasi mengenai sejarah kota tersebut. Di antara beberapa sumber sejarah kota Salatiga, yang dijadikan dasar untuk cerita asal-usul kota tersebut adalah Prasasti Plumpungan. Hari Jadi Kota Salatiga dibakukan berdasarkan informasi yang terdapat dari naskah prasasti ini. Pada tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi (Ditetapkan oleh Peraturan Daerah Tingkat II Salatiga Nomor: 15 Tahun 1995; Tentang Hari J

PRASASTI NGADOMAN

Gambar
Di wilayah Yogyakarta sudah tidak ditemukan bekas-bekas pusat Kerajaan Mataram Hindu, karena memang setelah masa Medang I Bhumi Mataram, terjadi bencana alam (gunung meletus). Ibukotanya dipindahkan ke Jawa Timur. Bhumi Mataram kembali menjadi hutan yang disebut Hutan Mentaok. Di wilayah Gunung Merbabu, tidak jauh dari Kota Yogyakarta, terdapat suatu petilasan dari masa Majapahit, Prasasti Ngadoman. Alih aksara: “Om Sri Sarasoti kreta wukir hadi damalung uri ping buwana 'añakra murusa patirtan palemaran hapan yang widi hani déni yang raditya yang wulan hanele ‘i halahayu ni dewamanusa yang hanut yang hagawe bajaran tapak tangtu kabah. Hadeni dewamanusa muwah. sang tumon sangng amanah arenge luputa ring ila ila pad.a kadelana tutur jati yén ana ngabah tanpa bekel apatik wenang tanpa baktaha histri pitung hajama tan wawa dona wastu sri syati sakawarsa | 1371.” Artinya: Om Sri Saraswati, Gunung Damalung (Merbabu) yang agung dan suci, engkau adalah kehidupan di buana ini, meli